Sab. Jul 27th, 2024

 

Gunung Tangkuban Parahu adalah salah satu gunung yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, Gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter. Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang. Daerah Gunung Tangkuban Parahu dikelola oleh Perum Perhutanan. Suhu rata-rata hariannya adalah 17oC pada siang hari dan 2 °C pada malam hari.

Sebelum lanjut jangan lupa baca juga artikel mengenai artis papan atas seperti tata janeeta yang memang populer di Kancah Dunia Artis Indonesia, dan masih banyak lagi yang lainnya hanya di Pesona Bandung.

Sejarah Pembentukan dan Letusan

Gunung Tangkuban Parahu terbentuk sekitar 90.000 tahun lalu di Kaldera Sunda. Gunung ini, menurut T. Bachtiar dan Dewi Syafriani dalam buku Bandung Purba, lebih muda dari Gunung Burangrang. Gunung Burangrang yang terletak di sisi barat Gunung Tangkuban Parahu terbentuk sekitar 210.000 hingga 105.000 tahun lalu. Gunung Tangkuban Parahu sempat meletus beberapa kali. Orang yang sempat mencatat letusan pertamanya adalah botanis sekaligus geologis bernama Franz Wilhelm Junghuhn.

Pada tahun 2005, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Daerah sudah membuat peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Tangkuban Parahu. Daerah-daerah yang rawan bencana dibagi dalam tiga kategori. Masing-masing Kawasan Rawan Bencana I, II, dan III. Ada yang berada dalam radius 1 km, 5 km dari letusan, dan yang berpotensi terkena terjangan lahar dan hujan abu atau lontaran batu pijar.

Daftar Letusan dan Erupsi sejak 1829

– 1829: Erupsi abu dan batu dari Kawah Ratu dan Domas.
– 1846: Terjadi erupsi dan peningkatan kegiatan.
– 1896: Terbentuk fumarol baru di sebelah utara Kawah Badak.
– 1900: Erupsi uap dari Kawah Ratu.
– 1910: Kolom asap membubung setinggi 2 km di atas dinding kawah, erupsi berasal dari Kawah Ratu.
– 1926: Erupsi freatik di Kawah Ratu membentuk lubang ecoma.
– 1935: Lapangan fumarol baru disebut Badak terjadi, 150 m ke arah selatan barat daya dari Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu.
– 1952: erupsi abu didahului oleh erupsi hidrothermal (freatik).
– 1957: erupsi freatik di Kawah Ratu, terbentuk lubang kawah baru.
– 1961, 1965, 1967: erupsi freatik.
– 1969, 1971: erupsi freatik didahului oleh erupsi lemah menghasilkan abu.
– 1983: erupsi freatik.
– 1992: awan abu membubung setinggi 159 m di atas Kawah Ratu.
– 1994: peningkatan kegiatan kuat dengan gempa seismik dangkal dengan erupsi freatik kecil.
– 2004: peningkatan kegempaan.

Legenda rakyat setempat

Gunung Tangkuban Parahu ini termasuk gunung api aktif yang statusnya diawasi terus oleh Direktorat Vulkanologi Indonesia. Beberapa kawahnya masih menunjukkan tanda tanda keaktifan gunung ini. Di antara tanda aktivitas gunung berapi ini adalah munculnya gas belerang dan sumber-sumber air panas di kaki gunungnya, di antaranya adalah di kawasan Ciater, Subang. Gunung Tangkuban Parahu pernah mengalami letusan kecil pada tahun 2006, yang menyebabkan 3 orang luka ringan.

Keberadaan gunung ini serta bentuk topografi Bandung yang berupa cekungan dengan bukit dan gunung di setiap sisinya menguatkan teori keberadaan sebuah telaga besar yang kini merupakan kawasan Bandung. Diyakini oleh para ahli geologi bahwa kawasan dataran tinggi Bandung dengan ketinggian kurang lebih 709 m di atas permukaan laut merupakan sisa dari danau besar yang terbentuk dari pembendungan Ci Tarum oleh letusan gunung api purba yang dikenal sebagai Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Parahu merupakan sisa Gunung Sunda purba yang masih aktif. Fenomena seperti ini dapat dilihat pada Gunung Krakatau di Selat Sunda dan kawasan Ngorongoro di Tanzania, Afrika. Sehingga legenda Sangkuriang yang merupakan cerita masyarakat kawasan itu diyakini merupakan sebuah dokumentasi masyarakat kawasan Gunung Sunda Purba terhadap peristiwa pada saat itu.