Sab. Jul 27th, 2024

 

Raden Otto Iskandardinata 31 Maret 1897 – 20 Desember 1945 merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Raden Otto Iskandardinata mendapat julukan si Jalak Harupat.

Sebelum lanjut jangan lupa baca juga artikel mengenai Pahlawan Bandung yaitu R. E. Martadinata dan pastikan baca dan baik untuk dijadikan pedoman ya!

Biografi

Otto Iskandardinata lahir 31 Maret 1897 di Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Ayah Otto merupakan keturunan bangsawan Sunda bernama Nataatmadja dan Otto merupakan anak ketiga dari sembilan bersaudara. Otto menempuh pendidikan dasar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Bandung, kemudian melanjutkan pendidikan di Kweekschool Onderbouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) Bandung, serta di Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah. Setelah selesai, Otto menjadi guru HIS di Banjarnegara, Jawa Tengah. Pada Juli 1920, Otto pindah ke Bandung dan mengajar di HIS bersubsidi serta perkumpulan Perguruan Rakyat. Otto Iskandardinata, Pahlawan Asal Bandung yang Dijuluki “Si Jalak Harupat”. Otto dikenal sebagai seorang yang berani dan non kooperatif terhadap kebijakan Belanda. tidak heran jika ia juga diberi julukan Si Jalak Harupat, dalam perumpamaan Sunda merupakan burung yang lincah dan tajam lidahnya. Hal ini didapatkan dari kejujuran dan keberaniannya. Oto Iskandar di Nata wafat pada tanggal 20 Desember 1945 Dibunuh Laskar Hitam. Dimakamkan di Makam Pahlawan Nasional OTTO ISKANDARDINATA, Lembang.

Peranan Pasca Kemerdekaan

Otto menjadi Pemimpin surat kabar Tjahaja (1942-1945). Ia kemudian menjadi anggota BPUPKI dan PPKI yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang sebagai lembaga-lembaga yang membantu persiapan kemerdekaan Indonesia.

Perjuangan

Saat bertugas di Pekalongan pada tahun 1925, Otto terjun ke organisasi Budi Utomo. Aktivitasnya dalam organisasi Budi Utomo menarik perhatian masyarakat Pekalongan. Karena itulah dia dipercaya menjadi anggota Gemeenteraad (Dewan Kota) Pekalongan mewakili Budi Utomo. Dipercaya sebagai anggota Dewan Kota, Otto berjuang memperbaiki kehidupan rakyat. Tanpa tedeng aling-aling, ia membeberkan praktik-praktik buruk yang dilakukan pemerintah jajahan terhadap rakyat. Kecaman-kecaman dan gugatan-gugatan yang dilancarkan Otto tidak diterima Residen Pekalongan, seorang Belanda. Tapi, Otto tidak mau mengalah. Semua anggota Dewan Kota mendukungnya. Peristiwa itu berakhir dengan dipindahkannya residen ke tempat lain.

Pendidikan

Otto menempuh pendidikan dasar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Bandung. Kemudian, melanjutkan di Kweekschool Onderbouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) Bandung dan Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah. Setelah selesai bersekolah, Otto menjadi guru HIS di Banjarnegara, Jawa Tengah.