Sab. Jul 27th, 2024

 

Tugu Proklamasi adalah tugu peringatan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang berdiri di kompleks Taman Proklamasi di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat. Taman tersebut berlokasi di bekas kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 (kini bernama Jalan Proklamasi). Rumah yang menjadi lokasi pembacaan proklamasi kemerdekaan kini sudah dihancurkan sejak 1960-an. Pada kompleks juga terdapat monumen dua patung Soekarno-Hatta berukuran besar yang berdiri berdampingan, mirip dengan dokumentasi foto ketika naskah proklamasi pertama kali dibacakan. Di tengah-tengah dua patung proklamator terdapat patung naskah proklamasi terbuat dari lempengan batu marmer hitam, dengan susunan dan bentuk tulisan mirip dengan naskah proklamasi asli yang diketik oleh Sayuti Melik dan tanda tangan asli Bung Karno dan Bung Hatta.

Baca juga artikel mengenai  Tari Ketuk Tilu Asal Bandung dan masih banyak lagi info mengenai kota Bandung hanya di Pesona Bandung.

Sejarah

Kompleks Taman Proklamasi terletak di sebidang tanah tempat bekas kediaman Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur 56. Presiden Sukarno menyatakan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 dari teras depan rumah ini. Rumah tersebut kemudian dikenal sebagai Gedung Proklamasi. Sebelelum dihuni oleh Sokarno dan istri keduannya Inggit Garnasih, rumah tersebut sebelumnya dihuni oleh pengacara Belanda yang bernama Baron van Asbeck sejak 1931 hingga digantikan oleh P. R. Feith pada tahun 1935. Rumah tersebut memiliki halaman yang luas dan bergaya Art Deco.

“Jadi peruntukan dari (rumah) ini adalah tempat tinggal orang Belanda. Jadi jangan mimpi disini (rumah proklamasi) ada yang dari China, Arab, India, Pakistan, itu gak boleh. Yang boleh (menempati rumah tersebut) hanya orang Belanda.”

Rushdy Hoesein, Sejarawan Yayasan Bung Karno ketika diwawancarai CNN Indonesia
Soekarno menempati rumah tersebut sejak 1942 hingga 1946. Alasan beliau memilih rumahnya sebagai pembacaan teks proklamasi karena pada saat itu Lapangan Ikada (yang kini menjadi kawasan Monumen Nasional) masih diduduki oleh tentara Jepang. Untuk menandai ulang tahun pertama kemerdekaan Indonesia, sebuah tugu peringatan – dalam bentuk obelisk kecil – dibangun pada tahun 1946 oleh kelompok Ikatan Wanita Djakarta. Tugu peringatan ini, dikenal sebagai Tugu Peringatan Satoe Tahoen Repoeblik Indonesia, dibangun di halaman depan Gedung Proklamasi. Kemudian tugu tersebut dinamai ulang sebagai Tugu Proklamasi. Sejak saat itu, para pemuda dan pelajar Indonesia mengadakan upacara tahunan untuk merayakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus. Menyusul pemindahan penuh kedaulatan Indonesia pada tahun 1950, Taman Proklamasi setiap tahun dikunjungi oleh Presiden dan Wakil Presiden Indonesia setiap tahun. untuk meletakkan bunga dan menghormati prajurit yang gugur. Upacara tersebut juga dihadiri oleh tamu dari negara lain.

Monumen

Terdapat tiga tugu peringatan yang berlokasi di Taman Proklamasi: Tugu Peringatan Satoe Tahoen Repoeblik Indonesia, Tugu Petir, dan Monumen Pahlawan Proklamator Soekarno-Hatta. Berikut ini adalah deskripsi dari masing-masing monumen.

Tugu Petir

Tugu Petir atau Tugu Kilat adalah sebuah tiang setinggi 17 meter (56 ft) yang di atasnya terdapat simbol petir. Monumen peringatan ini menandai tempat di mana Sukarno berdiri sambil membaca teks proklamasi. Di dasar monumen tersebut terdapat tulisan logam “Disinilah Dibatjakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada Tanggal 17 Agustus 1945 djam 10.00 pagi oleh Bung Karno dan Bung Hatta” Petir melambangkan gemuruh proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Monumen Pahlawan Proklamator Sukarno-Hatta

Monumen Pahlawan Proklamator Sukarno-Hatta menggambarkan dua patung perunggu Sukarno dan Hatta berdiri berdampingan. Setiap patung memiliki berat 1.200 kilogram (2.600 pon), dan tinggi 46 meter (151 ft) serta 43 meter (141 ft). Postur patung tersebut diambil dari dokumentasi foto ketika proklamasi pertama kali dibaca. Keduanya mengapit lempengan batu perunggu berukuran 196 cm x 290 cm, dengan berat 600 kilogram (1.300 pon); lempengan tersebut menggambarkan manuskrip proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada latar belakang patung-patung tersebut terdapat patung-patung monolitik bernomor 17, dengan yang tertinggi adalah 8 meter, dengan 45 tonjolan di air terjunnya, melambangkan tanggal 17 Agustus 1945.  Monumen ini diresmikan pada 17 Agustus 1980.